Cerpen Seru Ramadhan

LAKUKAN SEMUA KARENA ALLAH

    Rembulan kembali menampakkan diri. Lengkungan cahaya rembulan nan indah yang memancarkan cahayanya telah memberi tahu penduduk bumi. Akan datangnya bulan nan suci yaitu bulan suci Ramadhan.Seluruh umat muslim  bersiap – siap untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Kringgg…kringgg…
Jam menunjukkan pukul 03.30 . Alleta bangun dari alam mimpinya “ arrghhh” Alleta merentangkan kedua tangannya seraya mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul.
Setelah nyawanya terkumpul ia bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Sekitar 10 menit Alleta dikamar mandi, lalu ia bergegas menuju dapur untuk membantu menyiapkan makan sahur. Ya, hari ini adalah hari dimana bulan ramadhan tiba dan seperti bulan ramadhan sebelumnya Alleta begitu telaten membantu  bundanya untuk menyiapkan makanan.

“Al, kamu bangunin adik saja biar bunda yang menyiapkan makanan dimeja makan.” Ucap Bunda.
“Oke Bun, siap laksanakan”. Dengan gaya hentakkan kaki dan meletakkan tangan dipelipis mata bak upacara bendera aku berhasil membuat bunda terkikik geli melihat tingkahku.
Aku menuruni anak tangga dengan menggendong adikku yg masih kecil. Dia imut sekali umurnya masih 5 tahun kami memiliki usia yang terpaut jauh. Oh iya adikku bernama Agatta milea putri dan aku sangat menyayanginya .
Kulihat Ayah dan Bunda sudah menunggu kami sedari tadi. Segera ku dudukkan Agatta disampingku, dan kami memulai aktivitas sahur kami dengan doa yang dipimpin oleh Ayah.
Setelah selesai sahur kami langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat berjamaah di rumah.

****
Keesokkan harinya…..
“Alletaaa!!” Kutolehkan kepalaku, menatap Arin dan Mala yang kini menghampiriku.
“ Ya,ada apa? “ tanyaku heran.Karena sekarang  kulihat ekspresi kemarahan di wajah kedua sahabatku itu .
“Astaghfirullah Alleta...Kan aku kemarin sudah bilang kalau keluar rumah itu ya harus pakai hijab. Kamu itu sudah baligh Alleta, bukan anak kecil lagi seperti Agatha adik kamu. Kamu tau kan dosanya kalau wanita yang sudah baligh tidak menutup auratnya? Wanita yang tidak menutup auratnya itu termasuk dosa besar Alleta. Sebab nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi ancaman untuk seorang wanita yang berpakaian namun telanjang yakni tidak dapat mencium bau surga dan selain itu,kamu juga bisa menyeret ayah dan saudara laki-laki kamu ke dalam neraka. Padahal mereka tuh gatau apa-apa. Cuman gara- gara kamu ga pakai hijab, mereka yang tanggung dosa kamu. Emangnya kamu tega?“ Tanya Arin dengan tatapan sedih dan kecewa padaku.

Ya aku memang memiliki sahabat yang sangat menginspirasiku merekalah yang mengajariku tentang agama, yang selalu mengingatkanku jika aku salah. Bahkan saat aku mengatakan hal yang buruk dan satu lagi mereka selalu memberiku nasehat jika aku lupa memakai jilbabku.
Oh iya aku bertemu dengan Mala dan Arin saat kami duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku pindah sekolah karena ayahku dipindah tugaskan dan mau tidak mau aku juga harus ikut dengan orang tuaku.Tapi aku sangat bersyukur setidaknya aku memiliki sahabat yang membimbingku walaupun aku lumayan bandel jika dinasehati oleh mereka.Dan sampai sekarang pun kami berada di universitas yang sama namun beda jurusan. Hanya Arin yang berbeda jurusan denganku dan Mala. Arin mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam sedangkan aku dan Mala mengambil jurusan Teknik Informatika.
Sebenarnya aku sudah mulai pelan-pelan memakai hijab. Tetapi, karena aku belum terbiasa jadi aku terkadang melepas hijabku.
“Iya deh aku coba ya. Maaf ya aku bikin kalian kesal hari ini.” dengan wajah memelas aku meminta maaf  kepada  Arin dan Mala.
“Ih kamu tuh ya langsung keluarin jurus muka melas biar kami maafin, yaudah deh karena kami baik dan cantik pastinya. Jadi kami maafin kamu. Eitsss tapi jangan diulangin lagi ya .”  Kali ini Mala buka suara.
“Oke siap  bos.” Jawabku  dengan gaya memberi hormat.
“Alleta apaan sih lebay banget deh hahaha .” jawab mereka serentak sambil diselingin dengan tertawa.
“Oh iya kalau boleh tahu ini ya, kalian ngapain kesini? bukan cuma mau nasehatin aku aja kan ?” tanyaku .
“Astaghfirullah, hampir aja aku lupa bilang Al. Jadi gini, kan sekarang bulan ramadhan nih ya. Nah daripada kita ga ada kerjaan dan selagi kita masih libur kuliah. aku sama Mala mau ngajakin kamu jualan.  Nah hasil dari jualan itu kita, di sumbangin deh ke panti asuhan, panti jompo, dan orang - orang yang membutuhkan. “ jelas Arin.
“Ia Al, selagi kita masih bisa merasakan bulan ramadhan tahun ini dan selagi kita masih mampu membantu orang lain dan membantu orang yang memang membutuhkan kenapa tidak? Toh juga kita tidak tahu, tahun depan kita bisa berjumpa lagi dengan bulan suci ramadhan lagi atau tidak. Jelas Mala dengan kata-kata yg berhasil menyentuh hatiku.

“Iya daripada kita cuma makan tidur yang sudah jelas tidak ada manfaatnya. Kan alangkah lebih bagusnya kita berjualan. Sudah dapat pengalaman, dapat pahala, dan juga bermanfaat untuk orang lain. Timpal Arin.
“Jadi kamu ikut kan jualan bareng kami Al?” Tanya  Mala dengan penuh harap.
“Hemm… Oke deh aku mau ikut jualan bareng kalian.Tapi kalian ajarin aku ya, soalnya aku belum pernah jualan sebelumnya.” Jawabku.Yang langsung mendapat pelukan dari kedua sahabatku itu .
“Oke siap. Kamu tenang aja Al, aku sama Mala bakal ajari kamu.” dengan gaya tangan dilipat di dada dan satu mata berkedip Arin sukses membuatku tertawa melihatnya.
Tak terasa hari sudah semakin sore, kami pun bergegas menuju rumah  masing – masing karena sebentar lagi akan berbuka puasa . Dengan mengendarai  sepeda kami menyusuri jalanan yang terbilang sepi. Mungkin karena ini di desa sehingga tidak banyak yang berlalu lalang. Tidak seperti di kota, yang ramai sehingga membuat macet dimana-dimana.

“Assalamu’alaikum.” Aku memberi salam saat memasuki rumah .
“Wa’alaikumussalam, kamu darimana saja Al. Kok jam segini baru pulang?” Tanya Bunda.
“Iya bun, maaf tadi Alleta keasikan ngobrol  sama Arin dan Mala bun.” Jawabku.
“Ya sudah cepat mandi sana Al. Habis itu langsung  kemeja makan ya. Sebentar lagi sudah waktunya berbuka.” Ucap bunda sambil menyiapkan minuman di meja makan.
“Oke bun.” Jawabku.
Kurang lebih 30 menit aku menyelesaikan rutinitas membersihkan diriku, setelahnya aku langsung turun kebawah dan menuju meja makan untuk  membatalkan puasaku.

*
Waktu sholat tarawih pun tiba. Aku bersama adikku, Mala dan juga Arin memutuskan untuk pergi duluan karena ingin mengambil saff di depan.
“Al nanti selesai sholat tarawih kita tadarusan sebentar yuk.” Ajak Arin.
“Oke rin.” Jawabku.
“Agatta juga mau ikut tadarusan kak, biar Agatta dapet pahala terus biar Allah sayang sama Agatta.”  Ucap Agatta dengan suara imutnya dan wajahpolosnya khas anak-anak.
“Iyaiya dek, tapi nanti Agatta belajar dari iqro dulu ya.” Jelasku kepada Agatta.
“Ocee deh kak.” Jawab Agatta dengan jari telunjuk dan jempol membentuk lingkarang dan meletakannya di kedua matanya.
Waktu sholat tarawih pun tiba, kami bersama dengan jamaah yang lainnya melakukan sholat dengan khusyu’.
Setelah selesai menjalankan sholat tarawih dan tadarusan, kami berempat bergegas menuju rumah karena sudah semakin malam.
“Assalamu’alaikum .” Aku dan Agatta memberikan salam.
“Wa’alaikumussalam.” Jawab bunda dan langsung membuka pintu rumah.

***
Mentari pagi telah menyinari dunia.Hari ini adalah hari kedua bepuasa di bulan ramadhan sekaligus hari dimana aku bersama Mala dan juga Arin akan mulai berjualan.
Kami berencana berjualan sup buah dan ayam penyet untuk berbuka puasa.
“Assalamu’alaikum, Alletaa.” Panggil Malasambil mengetuk pintu rumahku.
“Wa’alaikumsalam Mala.” Jawabku.
“Udah siap kan Al?” Tanya Mala.
“Oh udah kok Mal, bentar ya aku pamitan dulu sama bunda.” Ujarku.
“Bundaaa, Alleta izin keluar sebentar ya bun. Mau jualan bareng Arin sama Mala boleh kan bun?” Tanyaku.
“Iya boleh.Nanti kalau tidak sempat buka dirumah, buka puasa disana aja ya sayang.” ucap Bunda dengan begitu lembutnya.
“Oke siap Bunda. Makasih Bundaa.” Ucapku dengan gembira.
Segera aku mengambil tas dan memakai hijabku dan langsung menemui Mala dan Arin yang sudah menungguku. Karena bahan-bahan yang kami butuhkan cukup banyak sehingga kami memutuskan untuk membawa mobil.
Setelah sampai di tempat yang akan kami jadikan untuk kami berjualan, kami pun langsung membereskan dan menata rapih warungnya. Hampir setengah jam kami membereskan dan menata warung  jualan kami.
“Rin, ayam penyetnya tiga ya.” Ucap Mala, karena Arin lah yang bertugas untuk memasak.
“Oke Mal.” Jawab Arin dengan begitu semangatnya menggoreng ayam .
 Begitulah seterusnya, dari awal kami berencana untuk membuka warung ini.Begitu banyak kemudahan yang di berikan. Mulai dari selalu ramainya warung jualan sampai-sampai kami kewalahan untuk menanganinya sendiri.
“Alhamdulillahpenghasilan kita jualan sudah lebih dari kata cukup Mal, Al.” Ucap Arin dengan senangnya.
“Alhamdulillah.” Ujar Mala dan aku bersyukur atas rezeki yang kami dapatkan.
“Yaudah besok sore kita turun kejalan buat bagi-bagiin bukaan puasa dan sembako bagi yang kurang mampu ya” Timpal Mala.
“Okeeeee”. Jawabku dengan gembiranya
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, kami pun mulai membagikan bukaan puasa bagi pengendara yang lewat dan anak jalanan serta membagikan sembako bagi orang-orang yang membutuhkan.
Dan tanpa disadari adzan magrib telah berkumandang, menandakan berakhirnya sudah puasa pada hari ini. Kami pun langsung meneguk air putih untuk membatalkan puasa. Setelah selesai kami langsung bergegas pulang dikarenakan hari semakin larut.

***
Keesokan harinya, aku Agatta, Mala dan Arin berencana untuk mengunjungi panti jompo yang terletak lumayan jauh dari rumah kami.Perjalananannya kurang lebih memakan waktu 1jam. Dengan mengendarai mobil, kami pun mulai menyusuri jalanan kota yang terbilang ramai dan tentunya macat.
“Kak masih jauh ga panti jomponya ?” Tanya Agatta.
“Ga kok dek, sebentar lagi kita sampai.” Jelasku.
Berselang beberapa menit kami akhirnya sampai dipanti jompo. Segera kami menurunkan sembako, obat, dan bukaan puasa yang ada dimobil untuk diberikan kepada lansia yang ada panti ini.
*
“Sekilas terlihat seperti para lansia begitu menikmati sisahidupnya di panti ini, begitu tenang tanpa tekanan apapun. Tapi apakah ada yang tau perasaan mereka saat berada dipanti jompo ini? Kurasa hanya beberapa orang yang hanya bisa memahami mereka, lalu beberapa orang lainnya kemana? Apakah mereka memang sengaja meletakkan orang tuanya disini agar tidak merepotkan kehidupan mereka? coba kita balik ke masa lalu. Disaat kita masih kecil pernah tidak orangtua mengatakan kita hanya menjadi benalu dirumah? Pernah tidak orangtua mengatakan “kamu tinggal dipanti asuhan saja ya,mama capek ngurusin kamu. Mama malu punya anak kayak kamu bandel dan lain sebagainya.” Bahkan sebandel apapun kita, sedurhaka apapun kita. Orangtua tidak akan pernah tega untuk nitipkan anaknya ke panti asuhan. Mereka akan berusaha membuat kita jauh lebih baik dari sebelumnya. kita sudah dilahirkan didunia, dibesarkan, diberi makan, disekolahkan, bahkan mungkin saat kita sedang mecari jati diri disaat itulah orangtua mendukung kita, memberi semangat, dan bahkan mendoakan kesuksesan kita. Lalu saat kita sudah mendapatkan pekerjaan yang layak dan membuat hidup kita berubah, lantas begitucepatnya kita melupakan jasa orangtua? Hanya demi sebuah pekerjaan, hanya sebuah harta, hanya sebuah popularitas, dan hanya sebuah ego yang sifatnya hanya sementara? Rasanya tidak masuk akal ,jika kita rela menukar surga demi dunia yang fana. Padahal mereka tidak meminta apapun. Yang mereka inginkan hanya berkumpul bersama anak, cucu dan sanak saudaranya. Hanya itu simple kan? Apalagi saat ini bulan ramadhan telah tiba  , dimana semua anggota keluarga pada berkumpul bersama untuk melaksanakan ibadah bukan malah terpisah.” Batinku
Aku tersadar dari lamunanku ketika ada seseorang menepuk bahuku refleks aku pun langsung menghapus air mataku yang entah sejak kapan sudah mengalir  dipipiku.
“Al yok kita pulang. Udah sore nih sebentarlagi waktu nya untuk berbuka puasa.”AjakMala.
“Iya Mal.” Jawabku masih  dengan wajah yang menatap kedepan.
Kami pun segera berpamitan kepada para lansia dan juga pemilik panti jompo ini
Dikarenakan kami tidak sempat berbuka dirumah, jadi kami memutuskan untuk berbuka di perjalanan saja. Ketika kami selesai berbuka puasa, kami pun langsung bergegas pulang kerumah.

***
Hari demi hari kami lalui ,tanpa disadari saat ini aku, Arin, Mala dan Agatta sudah berada dipanti asuhan kasih bunda. Di panti asuhan ini terdapat anak yatim piatu, disabilitas dan bahkan ada anak bayi yang dititipkan dipanti asuhan ini.
Akan tetapi ada seorang anak kecil yang menarik perhatianku. anak kecil itu memang tidak sempurna. Walaupun ia tidak bisa berbicara dan memiliki keterbatasan, namun dia istimewa bahkan sangat istimewa menurutku.

*
Dia begitu mensyukuri hidupnya dengan keterbatasan yang dimilikinya. Dia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Menurutnya keterbatasan suatu hal yang tidak perlu dipikirkan. “hidup ini jangan di ambil pusing, dunia hanya sementara, manfaatkan waktu yang ada, kejar pahala dan apalagi sekarang ini kita semua sedang berada dibulan ramadhan dimana pintu pengampunan dan waktu yang tepat untuk kita mengejar kebaikan sebelum semuanya terlambat.”Begitulah penuturan dari Zahra dengan bahasa isyaratnya. Gadis kecil yang memiliki keterbatasan namun tetap semangat dalam menjalani kehidupan.
Sedekah dibulan ramadhan tidak membuat harta semakin menipis, sedekah dibulan ramadhan tidak akan membuat seseorang jatuh miskin, dan sedekah dibulan ramadhan tidak akan membuat seseorang merugi.
Lalu kenapa masih ada juga yang masih ragu untuk bersedekah? Hidup hanya sekali pilihannya hanya dua.Rela menukar surga demi dunia yang fana, atau menukar dunia(yang sementara) demi surga yang untuk selamanya.



Karya:
Via Anggraini dan Amelia Tantri Amanda Siregar
Departeman Hubungan Masyarakat 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SCIENTIST FESTIVAL 2018

Apa Kata Mereka Tentang TEKAD 2?

Semangat UAS 2018